Apakah punya anak itu gambling? Bisa baik Bisa Buruk

Ada pertanyaan menarik tadi malam, "Memiliki anak itu gambling? Bisa jadi anak baik, bisa jadi anak kurang baik." Waduh, pertanyaan berat. Berat karena landasannya dan frame berpikirnya harus sesuai dengan pola penanya.

Mungkin karena masuknya mediasosial yang berkampanye tentang "punya anak" adalah merepotkan. Sehingga pola pikir serupa itu masuk. Seramnya kalau pola pikiran ini langsung "ditanam" sebagai kebenaran. Karena berulang ulang sebuah kebohongan bisa dianggap kebenaran. Apalagi dengan banyaknya alasan untuk menjustifikasinya.

Namun bagi sebagian yang masih mau berpikir kritis, tentu akan mencari cara pandang lain, agar sebuah konsep dapat dikaji lebih lengkap lagi cara pandangnya.

Menjawab pertanyaan tadi. Maka kita akan masuk ke sebuah konsep antara gambling dan berencana. Secara mendasar perbedaan keduanya adalah hasil gambling berada di luar kendali.

Sebagai contoh mari kita gunakan koin dengan dua sisi. Sisi kepala dan sisi ekor. Saat sebuah koin dilempar, maka "kendali" terlepas. Tidak ada kendali apapun terhadap koin itu sehingga hasilnya akan pasti kepala atau pasti ekor. 

Itulah salah satu sifat gamling, tidak ada kendali di dalamnya.

Contoh lagi saat kita mungkin bermain alat yang dipencet akan keluar gambar gambar dan pemenangnya adalah yang memiliki gambar yang sama. Saat seorang pemain menekan tombol, maka kendali bukan ada di pemain tetapi ada di alat. Maka apapun hasil gambarnya, ada di luar kendali pemainnya.

Kembali lagi, tidak ada kendali atas hasil adalah gambling.

Sekarang apa sih pilihan lain dari gambling? Yaitu berencana, berprogram.

Salah satu cirinya tadi adalah kendali ada di tangan pelakunya.

Contoh, seorang mengikuti ujian. Dia berencana untuk mendapatkan nilai terbaik yaitu nilai A. Dia mengikuti kuliah sesuai jadwal. Dia membaca buku referensi. Dia mengerjakan soal soal latihan. Dia pelajari soal soal ujian dari tahun tahun sebelumnya. Kira kira bagaimana hasilnya? 

Dia melakukan kendali terhadap hasil. Meskipun banyak potensi a,b,c yang bisa menyebabkan ia memiliki nilai buruk. Semisalkan sakit, mendadak lupa, salah jadwal dan lain lain. Tetapi secara normal orang yang mempersiapkan diri dengan baik, atau berencana dan menjaga rencananya tentu akan mendapatkan apa yang dikerjakannya.

Itulah sifat dari berencana yaitu kendali ada di tangan  pelakunya.

Contoh lagi, seorang pasangan hidup semisalkan jodoh, baik laki laki maupun perempuan. Seseorang berencana untuk menikahi seorang wanita yang baik. Dia merencanakan untuk bagaimana bisa bertemu di tempat yang baik. Semisalkan ke pengajian, ke kegiatan sosial. Kemudian dia memperhatikan bahasa, dan perilaku si calon tadi. Datang ke rumah orang tua wanita tadi melihat bagaimana orang tuanya. Dia sedang berencana dan melakukan rencananya untuk mendapatkan jodoh yang baik.

Apakah pasti baik? Hasilnya belum tentu kata sebagian. Tetapi kalau usaha itu dilakukan kira kira secara normal apakah dia akan mendapatkan hasil yang baik. Bila semisalkan dibandingkan bertemu di tempat yang kurang baik. Bahasanya kasar. Prilakunya kurang baik. Ketika datang ke rumah orang tuanya mendapatkan pengalaman buruk. Kira kira bagaimana, mau dijadikan istri / suami untuk ke depan?

Nah jadinya berencana dan melakukan rencana memiliki sifat ada kendali.

Sekarang kembali kepada kasus tadi. Apakah memiliki anak itu gambling?

Mungkin kembali kepada hal dasar. Apakah sepasang orang tua tatkala memiliki anak, ingin anaknya gagal dalam hidup? Jawabannya tentu tidak.

Setiap orang tentu ingin anaknya sukses, lebih baik dari dirinya, dan bisa mandiri dalam kehidupannya. Sehingga setiap orang tua berencana untuk anaknya sukses. Dia sekolahkan di tempat yang baik. Dia didik tata krama yang baik di rumah. Dia ajari santun. Dia bagi nasehat nasehat baik. Dia tegas agar anaknya disiplin.

Perhatikan, dari apa yang dilakukan orang tua tadi. Apakah orang tua cukup melahirkan anak seperti melempar koin atau memencet tombol gambar tadi? Atau Apakah tua berencana dengan semua eksekusi agar anaknya berhasil?

Jawabannya, orang tua memiliki karakter "berencana". Mereka merancang rencana baik untuk anaknya, dan mengeksekusi rencana baik itu agar anaknya sukses sesuai rencananya.

Semoga menjawab pertanyaan tadi, "Apakah memiliki anak itu gambling?".